Oleh :Bagus Supomo di Harian Surya tanggal 06 Juli 2011
Praktisi Pendidikan/tinggal di Surabaya
Pada hakekatnya setiap orang yang bersekolah bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya, mampu mandiri serta mengatasi masalah pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Kalau menyadari bahwa bakat, minat, potensi serta tujuan hidup setiap orang berbeda, lalu mengapa saat di bangku sekolah, sejak SD, SMP, SMA/SMK, potensi anak-anak diukur dengan tataran yang sama. Tak ayal jika banyak anak-anak ‘dipaksa’ tinggal kelas dan tidak lulus!
Apa dengan mengulang pelajaran di kelas yang sama membuat murid menjadi lebih pintar? Justru dengan tak naik kelas/tak lulus membuat anak-anak drop, mentalnya kian labil sehingga masalah menjadi lebih rumit lagi, dalam keluarga maupun masyarakat. Banyak dari mereka yang drop out (DO) karena enggan bersekolah. Sekolah, belajar tak lagi menyenangkan karena mereka diharuskan memelajari hal di luar bakat, minat, dan potensi mereka sehingga membuat mereka stres dan tertekan. Lebih-lebih jika orangtua selalu menuntut anak-anaknya mendapat nilai bagus.
Percuma bila anak mendapat nilai bagus namun tak mandiri dan menyelesaikan masalah pribadi dengan baik. Jauh lebih baik jika nilai rapor mereka sedang-sedang saja tapi terbukti mampu bersosialisasi dan menyelesaikan masalah pribadinya dengan baik. Tetap tegar menghadapi kesulitan, tak mudah putus asa, tak mencari jalan pintas untuk menyelesaikan masalah tanpa mengindahkan etika apalagi bunuh diri.
Belum jaminan mereka yang nilai ujiannya baik pasti sukses dalam hidup dan karier. Pun sebaliknya mereka yang nilai ujiannya kurang atau sedang, bukan berarti vonis gagal dalam hidup dan karier. Banyak faktor memengaruhi sukses seseorang. Sikap mental positif bisa membawa seseorang ke arah kesuksesan. Bukan sekadar nilai rapor arau ujian semara. Justru banyak kisah sukses seseorang dalam hidup dan karir sekalipun prestasi sekolahnya sedang-sedang saja.
Sayangnya banyak anak berbakat dan berpotensi namun tak bisa berprestasi karena tal didukung sistim yang tepat. Sering mereka terhambat mengekspresikan potensinya karena diwajibkan memelajari banyak hal yang kurang mendukung pengembangan potensinya. Misalnya anak-anak yang berbakat di bidang seni (suara, lukis, pahat) tak punya waktu untuk mengembangkan bakatnya karena waktunya habis untuk menekuni pelajaran umum.
Demikian juga mereka yang berbakat luar biasa di bidang olahraga, tak sempat menunjukkan prestasi cemerlang karena tak ada cukup waktu untuk berlatih serius. Jika saja mereka mampu menghasilkan coretan indah dan spektakuler di usia muda, adalah prestasi hebat. Jika, mereka menjadi atlet belia berprestasi, patut dibanggakan Indonesia. Pun jika mereka menjadi chef kampiun dunia di usia muda, bukankah itu prestasi membanggakan? Semua itu bisa dicapai hanya dengan perjuangan dan komitmen serta sistim dan kondisi yang menunjang.
Tak semua anak harus menjadi guru besar bergelar profesor doktor di bidang ilmiah. Karena setiap orang memiliki tujuan hidup berbeda, bakat, minat, dan potensi tak sama. Jangan ukur mereka dengan takaran yang sama. Setiap anak memiliki potensi besar yang positif di luar pelajaran sekolah, akan memberi hasil luar biasa jika diberi ruang mengekspresikannya. Dengan catatan, pejabat berwenang dalam menentukan kebijakan sistim pendidikan bersedia mengerti keadaan mereka. Jangan lagi ada anak DO atau tak mendapat pendidikan untuk mengembangkan bakat, minat dan potensinya. Berilah kesempatan kepada anak-anak menjadi dirinya sendiri tanpa harus menjadi seperti orang lain.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Sosialisasi Akademi Komunitas Negeri Prabumulih
A kademi Komunitas Prabumulih menampakkan geliat perkembangannya, terlihat antara lain dari minat masyarakat terhadap akn pra...
-
Bahasa Bunga setiap keindahan di alam ini ternyata memiliki arti , bahkan bunga memiliki arti masing - masing. Nama bunga melambangkan arti ...
-
PENDAHULUAN Menjadi seorang Master of Ceremony (MC) tidaklah segampang yang diduga orang, karena apapun bentuk acara yang dirancang dan dise...
No comments:
Post a Comment